Gua Hira |
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sejak kecil memang suka menyendiri dan tidak suka beramai-ramai dengan orang banyak, seperti yang terjadi saat perjalanan ke Syam yang kedua (dapat dibaca di: Nabi Muhammad: Kelahiran dan Masa Sebelum Kenabian). Pada saat itu, setiap kali rombongan dagang beristirahat, beliau selalu menyendiri dan tidak ikut berkumpul bersama kawan-kawan seperjalanannya. Beliau dapat merasakan senang bukan karena beramai-ramai dengan orang-orang, namun kenikmatan hidup yang dapat beliau rasakan hanyalah berpikir dengan pikiran yang tenang. Beliau suka menyendiri dan tidak suka berteman dengan orang-orang yang umumnya tergila-gila dengan kemewahan hidup duniawi. Setelah menikahi Siti Khadijah radhiyallahu ‘anha, beliau semakin sering memikirkan kondisi masyarakat di kota Mekah dan juga keadaan alam semesta yang luas dan indah ini.
Suatu kebiasaan masyarakat Arab pada masa itu, jika ingin menenangkan pikiran dan membersihkan hati, mereka berkhalwat atau menyendiri di suatu tempat yang jauh dari keramaian. Di tempat tersebut, mereka menenangkan pikiran dan berdoa kepada Tuhan dan dewa-dewa mereka. Perbuatan ini dinamakan tahannuf(memegang teguh agama yang dipeluk) atau tahannuts (menyembah kepada Tuhan).
Pada usia hampir 40 tahun beliau semakin sering meninggalkan keluarganya untuk berkhalwat. Dan tidak lama kemudian beliau mendapati sebuah gunung yang memliki gua dan berada di tempat yang sunyi. Gunung ini berada kira-kira 5 km sebelah utara kota Mekah yang bernama Jabal Nur dan gua di dalamnya dikenal dengan nama Gua Hira. Beliau berkhalwat di gua tersebut selama beberapa hari kemudian pulang untuk mengambil bekal lalu kembali ke gua tersebut. Hal ini dilakukan berkali-kali dan dalam tempo beberapa bulan. Pada suatu malam, beliau bermimpi melihat cahaya terang seperti cahaya pada waktu subuh. Inilah yang membuat beliau semakin gemar berkhalwat di gua ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar